Padureso, Temanggung (07/08/2024) – Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian yang merupakan peserta Kuliah Kerja Nyata Tim II Universitas Diponegoro, Citra Gunti Fabrina Putri melakukan pendampingan mengenai pemanfaatan air cucian beras sebagai pupuk organik cair (POC) pada Kelompok Tani Kulon Omah, Desa Padureso, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan, pupuk organik cair semakin diminati oleh petani dan pelaku agribisnis. Pupuk organik cair adalah jenis pupuk yang terbuat dari bahan-bahan alami yang difermentasi sehingga mengandung nutrisi penting untuk tanaman. Pupuk ini biasanya dibuat dari bahan organik seperti kotoran hewan, sisa-sisa tanaman, kompos, dan mikroorganisme tertentu yang membantu proses dekomposisi.
Air cucian beras merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan POC karena mengandung banyak nutrisi, diantaranya adalah vitamin B1, vitamin B3, vitamin B6, mangan, fosfor, zat besi ,kalsium, magnesium 14,252%, sulfur, zat besi, dan boron. Air cucian beras juga memiliki berbagai manfaat bagi tanaman, seperti membantu hormon tanaman untuk merangsang pertumbuhan pucuk daun, mempercepat pertumbuhan bunga, sebagai sumber nutrisi, mempercepat proses fotosintesis, dan lain sebagainya.
Tahapan pembuatan POC air cucian beras, yaitu: (1) menyiapkan air cucian beras sebanyak 1 liter, gula merah cair/molase/tetes tebu sebanyak 20 ml atau 2 tutup botol EM4, EM4 sebanyak 20 ml atau sebanyak 2 tutup botol; (2) menyiapkan botol air mineral ukuran sedang (600 ml) sebanyak 2 buah atau botol air mineral ukuran besar (1 liter/1000 ml) sebanyak 1 buah; (3) campurkan air cucian beras, gula merah cair/molase, dan EM4 ke dalam wadah, kemudian aduk hingga semua bahan tercampur; (4) tuangkan larutan tersebut ke dalam botol air mineral yang telah disiapkan, namun jangan terlalu penuh agar masih terdapat rongga udara untuk proses fermentasi bakteri dari EM4; (5) setelah itu, botol ditutup rapat dan dibiarkan selama kurang lebih 2 minggu di tempat teduh atau tidak terkena sinar matahari langsung; (6) buka tutup botol setiap 2-3 hari sekali untuk mengeluarkan gas yang ada di dalam botol agar botol tidak meledak.
Pengaplikasian POC kepada tanaman dapat dilakukan dengan cara melarutkan 10 ml pupuk pada 1 liter air atau juga dapat melakukan penyemprotan pada daun dan batang tanaman dengan jangka waktu yang sama, yaitu setiap satu minggu sekali. Apabila terlihat adanya tanda-tanda kelebihan pupuk, seperti daun menguning atau layu maka dapat mengurangi frekuensi atau konsentrasi penggunaannya.
Dengan biaya produksi yang rendah dan manfaat yang berlimpah, pupuk organik cair diharapkan dapat menjadi solusi efektif untuk meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan. Hal tersebut didukung dengan adanya keunggulan dari POC, yaitu tidak mudah meninggalkan residu sehingga aman untuk digunakan, serta mudah untuk dibuat sendiri oleh petani. Namun, POC juga memiliki kekurangan seperti sifatnya yang slow release sehingga dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, serta berisiko untuk membawa hama dan penyakit bagi tanaman (HPT).
Penulis: Citra Gunti Fabrina Putri – Agribisnis, Universitas Diponegoro 2021.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook